Seminar Reguler
PEMANFAATAN PUCUK TEBU SEBAGI PAKAN TERNAK SAPI
DAN CARA PEMBERIANNYA
Diajukan untuk
melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi
syarat-syarat guna memperoleh nilai
Mata kuliah Seminar
Reguler
Oleh:
Hasimsyah Aswari
1305104010027
PROGRAM STUDI
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
2016
LEMBARAN
PENGESAHAN
Setelah
membaca dan mempelajari dengan sungguh-sungguh kami berpendapat bahwa makalah
seminar reguler ini baik ruang lingkup maupun isinya telah memenuhi syarat
untuk diseminarkan pada kegiatan seminar reguler program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas syiah Kuala.
Nama Mahasiswa : Hasimsyah Aswari
NIM : 1305104010027
Program studi : Peternakan
Judul : Pemanfaatan Tebu Sebagai Pakan Ternak Sapi
Dan Cara Pemberiannya
Menyetujui, Koordinator
Dosen
Pembimbing
Seminar Reguler
Ir.
Yunasri Usman M.P
Ir. Mira Delima M.P
NIP.
195705121982032001 NIP.19620105199002001
Mengetahui,
Ketua
Program Studi Peternakan
Dr.
Ir. Eka Meutia Sari, M.Sc
NIP.
196712241992122001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakng
Pakan
merupakan salah satu penentu faktor untuk keberhasilan usaha peternakan,.
Ketersedian bahan pakan yang akhir-akhir ini semakin terasa sulit, disebabkan
oleh meningkatnya harga bahan-bahan pakan tenak, terutama bahan impor seperti
jagung, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Disisi lain harga pakan mempengaruhi
efesiensi usaha dan mengingat biaya pakan ternak mencapai 60-70 % dari seluruh
biaya proses produksi peternakan ( Rusdi, 1992; Sudrajat,2000).
Ketersedian
pakan yang berkualitas, kuantitas dan berkelanjutan merupakan salah satu
keberhasilan dalam usaha peternakan. Ternak ruminansia dengan ke
istimewahan alat pencernaan mampu
mendegladasi pakan dengan kualitas yang
rendah . Degladasi pakan pada ruminansia dibantu dengan adanya mikroba flasma
dan fauna yang menetap dalam rumen,
retikulum dan omasum, sedangkan abomasum merupakan asam, awalnya proses
penceraan oleh enzim yang dihasilkan oleh ternakitu sendiri ( Arora, 1995).
Pakan
ruminansia terdirai dari kosentrat dan serat. Merupak sumber energi ternak
untuk memenuhi hidup pokok, produksi maupun memproduksi. Sekarang ini
ketersedian lahan untuk pakan ternak sudah mulai terjadi pergeseran dari lahan
ke perumahan, sering terjadi kendala ketersediaan pakan.
Ketika musim panen daun tebu
tersedia sangat melimpah sehingga dibutuhkan proses pengolahan, baik melalui
pembuatan silase dengan proses fermentasi maupun dalam bentuk bahan baku
konsentrat untuk meningkatkan nilai nutrisi dan daya simpan lebih lama. Menurut
Rusdi (1992), proses fermentasi pakan dapat meningkatkan protein, palatable,
dan daya simpan. Di samping itu, pembuatan pakan fermentasi dapat diperkaya
dengan mikroba probiotik yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan
memperbaiki sistem pencernaan sapi. Dalam pemanfaatan pucuk tebu sebelum
diberikan pada ternak juga dapat dilakukan pengolahan seperti dalam bentuk
wafer, dalam bentuk pellet, melalui proses fermentasi, serta pembuatan silase
pucuk tebu.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
bagaimana cara memanfaatkan dauh tebu sebagi pak ternak sapi merupakan salah
satu pakan sumber
serat ( sisa tanaman perkebunan )
yang dapat digunakan pakan musim kering ( masa panen tebu ), dan pemberian
secara berkualiatas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenelan Tanaman Pucuk Tebu
Dan Produksi Pucuk Tebu
Pucuk tebu merupakan limbah
yang tidak banyak dimanfaatkan oleh produsen gula sehingga berpotensi sebagai
penyedia pakan ternak yang potensial. Selain itu, tanaman tebu biasa dipanen
pada musim kemarau sehingga dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti
rumput yang pada musim kemarau dimana ketersediaannya sangat terbatas
(Priyanto, 2010). Pucuktebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti
rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. Pucuk tebu
meskipun potensinya cukup besar, namun angka pemanfaatannya relatif sangat
rendah (3,4%). Hal ini disebabkan antara lain palatabilitas kecernaan dan
nutrisi yang rendah(Retnani, dkk., 2009).
Salah satu limbah pertanian yang dapat
manfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk dan ampas tebu.
Produksi pucuk tebu yang berasal dari limbah perkebunan tebu di Indonesia pada
tahun 2005 sebesar 3.075.900 ton. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah, pada tahun 2011 luas lahan perkebunan tebu adalah 64.501,99 Ha, dengan
produksi mencapai 244.192,45 ton. Suparjo (2000) menyatakan 24-36% dari total
bagian tebu adalah ampas tebu (bagasse) sehingga didapatkan 87.909,3 ton
ampas tebu.
Sebenarnya pucuk tebu mudah rusak dan
mudah kering sehingga kurang disukai oleh ternak (terutama pucuk tebu), oleh
karena itu perlu usaha pengawetan (Musofie et al. 1987).Pada waktu panen
pucuk tebu tersedia cukup banyak dalam waktu yang singkat melebihi kebutuhan
ternak.Untuk itu dipandang perlu mengolah pucuk tebu sebagai hijauan awetan
(Rahman, 1991).Pucuk tebu yang dimaksud disini adalah ujung atas batang tebu
berikut 5-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit
atau tebu giling (Musofie dan Wardhani, 1987).
Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu
Arluki (2008)adalah sebagaiberikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub
Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus
: Saccharum
Spesies
: Saccharum officinarum L.
Seperti halnya limbah yang mengandung serat pada umumnya, pucuk
tebu sebagai pakan mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan
kecernaannya yang sangat rendah, pucuk tebu mempunyai kadar serat kasar dan
kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14%
(Ensminger,et G. Olentine, 1980).
Pucuk tebu dapat digolongkan
sebagai limbah on farm dan limbah off farm.Proses pemanenan tebu dihasilkan
limbah berupa daun kering yang disebut klenthekan atau daduk, pucuk tebu, dan
sogolan (pangkal tebu). Sedangkan dalam proses pengolahan gula di pabrik gula
(PG) menghasilkan kurang lebih 5% gula (Misran, 2005). Sedangkan ampas tebu
(bagas) yang dihasilkan adalah 15%, tetes (molasse) 3%, sisanya adalah blotong,
abu, dan air. Banyaknya limbah yang dihasilkan dari pertanian tebu maupun
proses peng-olahan gula menjadikan tanaman tebu prospektif untuk dijadikan
alternatif pemenuhan sumber bahan baku pakan ternak.
2.2 Tanaman Pucuk Tebu Dan Potensi Perkebunan
Tebu
Tanaman
tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm 20oC
yaitu antara 19oLU sampai 35oLS. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regosol dengan ketinggian
antara 0 sampai 1400 m di atas permukaan laut (Indra-Wanto et al., 2010). Hal ini sangat mendukung dalam upaya perluasan area
pertanaman tebu untuk memenuhi kebutuhan gula yang terus meningkat. Total
perkebunan tebu yang ada di Indonesia terdiri atas 50% perkebunan rakyat, 30%
perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara(Misran, 2005).
Tanaman tebu (Saccharum
officinarum) merupakan tanaman perkebunan semusim yang di dalam batangnya
terdapat gula dan merupakan keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya
padi dan jagung.Jenis tanaman tebu yang telah dikenal, seperti POJ-3016,
POJ-2878 dan POJ-2976, pada umumnya merupakan hasil pemuliaan antara tebu liar
(Saccharum spontaneum atau glagah) dan tebu tanam (Saccharum
officinarum) atau hasil berbagai jenis tebu tanam (Widiarti, 2008).
Gambar
1. Tanaman Tebu
Gambar 2. Komponen tanaman tebu dan
limbah-nya (Murni et al., 2008)
Tanaman tebu yang dapat digunakan sebagai
bahan pakan ternak adalah pucuk, daun, bagas, dan molasse, sedangkan limbah
lain seperti abu dan blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
(Pancawati, 2000; Yuliani dan Nugraheni, 2009). Jumlah terbanyak limbah yang
tersedia adalah daun dan pucuk tebu sebesar 13,6 juta ton per tahun dan jum-lah
limbah molasse lebih sedikit sekitar 615.933 ton per tahun (Tabel 1). Limbah
berupa daun, pucuk, dan bagas belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan
ternak. Dengan demi-kian dibutuhkan banyak inovasi dan teknologi tepat guna
dalam pemanfaatan limbah tebu untuk pakan ternak, sehingga diharapkan dapat
tercapai sistem pertanian zero waste yaitu limbah dapat dimanfaatkan semua
tanpa ada yang terbuang dan mencemari lingkungan.
Tabel 1. Produksi tebu nasional
2010 dan limbah-nya
Uraian
Jumlah
Luas lahan
(Ha) 418259
Produksi tebu (ton) 34 218 549
Limbah tebu
Pucuk
tebu / Daun (ton) 13 687 420
Bagas
(ton) 3
079669
Molasse
(ton) 615
933
Sumber:
Ditjenbun (2011); Murni et al. (2008)
2.3 Kandungan Nutrisi Ikatan Tanaman Tebu
Molases
adalah limbah yang potensial berasal dari pengolahan tebu karena banyak
mengandung gula, kandungan protein, dan total kecernaan yang tinggi. Molasse
digunakan dalam ransum ternak ruminansia yang berperan untuk meningkatkan
palatabilitas ransum, meningkatkan aktivitas mikroba rumen, mengurangi sifat
berdebu ransum, sebagai bahan pengikat dalam pembuatan pelet dan untuk
meningkatkan energi ransum (Murni et al.,
2008). Selain itu molasse banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri
makanan dan kimia sehingga penggunaan pakan ternak sangat terbatas.
Pucuk tebu sangat potensial dimanfaatkan untuk
pakan, di samping jumlahnya yang banyak juga memiliki total kecernaan yang
relatif tinggi sesuai dengan standar pakan, tetapi mempunyai kandungan protein
rendah. Bagas berkadar protein rendah, sebesar 2,7% dan berkadar serat kasar
tinggi sebesar 43%.Sifat-sifat limbah tebu tersebut perlu diproses dengan
teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai nutrisi dan daya cerna
pakan berbahan baku bagas atau daun/ pucuk tebu dengan pembuatan pakan
probiotik.
Tabel
2. Kandungan Nutrisi Komponen Tebu
Komponen Pucuk
Molases Bagas Kisaran standar pakan
Protein
(%) 5,5 4,5 2,7 12-15
Serat
kasar (%) 35 0 43 15- 21
Lemak
(%) 1,4 0 0 2-3
Kadar
abu (%) 5,3 7,3 2,2 -
Total
kecernaan (%) 43-62 80 33 58-65
Sumber: Foulkes (1986); Musofie
(1987); Indraningsih et al., 2006)
2.4 Pakan Ternak
Ternak
ruminansia sangat berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional,
khususnya dalam penyediaan daging untuk mewujudkan program swasembada daging
tahun 2014. Selain itu ternak ruminansia bersifat komplementer dan suplementer
dalam sistem usaha tani karena sangat berfungsi dan berperan dalam penyediaan
tenaga kerja, sumber pendapatan, dan pupuk organik. Ternak ruminansia khususnya
sapi, memberi kontribusi daging sebesar 71% terhadap kebutuhan daging
masyarakat Indonesia, dan sisanya (29%) berasal dari impor. Sebaliknya,
kebutuhan susu sapi sebagian besar (75%) dipenuhi dari impor, dan sisanya (25%)
dari produksi dalam negeri. Oleh karena itu, upaya meningkatkan produktivitas
ternak ruminansia perlu menda-pat prioritas dalam upaya pemenuhan kebu-tuhan
daging dan susu (Kuswadi, 2011).
Hasil
tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun tebu, ampas tebu dan
tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif
rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan serat kasarnya yang cukup
tinggi (42,30%). Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati dan
fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan
konsumsi pakan (Rasjid, 2012).
Hijauan
pakan umumnya berupa rumput dan semak. Pada musim hujan, ketersediaan hijauan
tersebut berlimpah, namun pada musim kemarau jumlahnya terbatas. Dengan menyimpannya
dalam bentuk kering, hijauan tersebut dapat dimanfaatkan pada musim kemarau
(Kuswandi, 1990). Limbah daun tebu ketika musim panen tersedia melimpah
sehingga dibutuhkan proses pengolahan, baik melalui pembuatan silase dengan
proses fermentasi maupun dalam bentuk bahan baku konsentrat untuk meningkatkan
nilai nutrisi dan daya simpan lebih lama. Menurut Rusdi (1992), proses
fermentasi pakan dapat meningkatkan protein, palatable, dan daya simpan. Di
samping itu, pembuatan pakan fermentasi dapat diperkaya dengan mikroba
probiotik yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan memperbaiki sistem
pencernaan sapi.
Produksi daging dalam negeri
pada tahun 2011 sebesar 2.468.220 ton, sebagian besar (66,56%) berasal dari
ternak unggas dan selebihnya (33,43%) dari herbivora yang didominasi oleh
ruminansia. Rendahnya kontribusi daging ternak ruminansia disebabkan oleh
lambatnya
laju kenaikan populasi dan produksi dibanding ternak unggas karena kurangnya pakan,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu, limbah dari tanaman
perkebunan berpeluang besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak melalui
inovasi teknologi pakan(Ditjennak, 2011).
Rata-rata Konsumsi
Zat nutrisi (g/ekor/hari)
Sapi jantan sapi
dara
- Berat badan (kg) 300,0 300,0
-Pertambahan bobot
badan harian (kg) 0,5 0,5
- Bahan kering (kg) 7,0 7,1
- Energi
metabolisme (Mcal) 13,4 3,8
- Total nutrien
dicerna (kg) 3,7 13,8
- Total nutrien
dicerna (kg) 679,0 423,0
- Kalsium (g) 19,0 14,0
- Fosfor (g) 14,0 14,0
Sumber: Umiyasih dan Anggraeny (2007)
Ternak ruminansia mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang
terbatas sesuai dengan kebutuhannya.Sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan
kondisi, serta tingkat produksi ternak, konsumsi pakan juga akan meningkat.
Ternak akan mengkonsumsi jumlah pakan tertentu sesuai dengan konsentrasi gizi
dalam pakannya terutama kandungan energinya. Selain itu konsumsi pakan antara
lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, umur, kesehatan, tingkat produksi,
bentuk pakan, palatabilitas, dan kepadatan. Tinggi rendah konsumsi pakan pada
ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri atas
temperatur lingkungan, palatabilitas, konsentrasi nutrisi, bentuk pakan, dan
faktor inter-nal yang terdiri dari selera, status fisiologi, bobot tubuh, dan
produksi (Tobing, 2010).
Kualitas pakan ternak tergantung pada komposisi nutrisi
yang terkandung di dalamnya terutama pada bahan kering, protein kasar, lemak
kasar, serat kasar, dan tingkat kecernaan. Pakan utama sapi terdiri atas
hijauan, limbah tanaman pertanian atau perkebunan, kacang-kacangan, dan
kon-sentrat. Produktivitas sapi potong tergantung pada pakan yang diberikan,
oleh karena itu pakan ternak harus memperhatikan mutu, jumlah, dan ketersediaan(Kuswandi,
1990).
2.5 Pemanfaatan Pucuk Tebu dan Upaya
Suplementasi Pada Pucuk Tebu
Pucuk tebu dapat dimanfaatkan untuk pakan sapi dan
kerbau. Haryanto, B. (2009). dalam penggemukkan sapi dengan pucuk tebu cacahan
tanpa batas, menghasilkan pertambahan bobot hidup 0,7 kg/hari. Pucuk tebu
mengandung energi dari gula. Angka yang sama dicapai pada pemberian pucuk tebu
yang ditambah urea dan 1 kg katul/hari, tetapi konsumsi
pakan meningkat, sehingga efisiensinya sedikit berkurang. Dalam hal ini
banyaknya urea yang ditambahkan tidak disebutkan.
Adanya pucuk
tebu yang berlimpah di musim kemarau diharapkan dapat mengurangi
ketergantunganternak akan rumput yang sangat tidak mencukupi. Hal ini
memungkinkan karena mutu pucuk tebu tidak kalahdengan rumput gajah. Musofie dan
Wardhani (1987) membandingkan pakan basal rumput gajah dan pucuktebu yang
diberikan secara ad libitum. Penambahan 1 kg konsentrat/ekor/hari
meningkatkan bobot hidupserupa (0,3 vs 0,2 kg/hari) pada pedet lepas
sapih, demikian juga dengan konsentrat sebanyak 1,5% dari
bobot hidup pada sapi muda (0,41 vs 0,48
kg/hari), sedangkan pada sapi laktasi produksi susu serupa pula(5,76 vs 5,73
l/hari) bila konsentrat dikonsumsi sebanyak ± 5 kg bahan kering. Dengan
penambahan 1 kg katul dan urea (3% dari bahan kering pakan), sapi Zebu yang
diberi cacahan pucuk tebu dapat mencapaipertambahan bobot hidup sebanyak 0,7
kg/hari (Preston dan Leng, 1987), sebagaimana yang dicapaidengan penambahan
konsentrat (14% protein) sebanyak 1,5% dari bobot hidup (Musofieet al.,1987a).
Keistimewaan katul ini adalah kandungan lemak dan bypass protein yang
cukup tinggi, dan hampir semua pati yang terkandung di dalam katul tidak
dicerna dalam rumen, sebaliknya pati yangdikandung oleh ubi kayu cepat
difermentasi (Preston dan Leng, 1987). Efisiensi akibat pemberian katul danurea
ini menunjukkan perlunya mencukupi kekurangan nitrogen (di rumen dan di usus)
dan lemak (di usus)bila pucuk tebu dijadikan pakan basal.
Dari sifatnya,
pucuk tebu hanyalah sebagaipakan basal
(2,5 – 7 MJ ME/kg bahan kering,1,5 – 5,5% protein) sehingga masih memerlukan
bahanlain sebagai tambahan dalam ransum produksi. Zat-zatseperti amonia, trace
nutrients (peptide, asam amino,mineral dan vitamin) dan sumber karbohidrat
(energi)mudah tersedia adalah faktor pertama dalampemeliharaan yang dapat
menaikkan konsumsi limbahkaya serat.Pakan suplemen untuk produksi dapatberupa
sumber substrat penghasil energi efisien sepertipropionat dan glukosa, dan bypass
nutrients (protein,pati, lemak). Diperkirakan, konsentrat 10 – 20%
daritotal konsumsi bahan kering pakan merangsangpencernaan bahan organik di
rumen dan menaikkankonsumsi pakan bila suplemen tadi diberikan secarakontinyu.
Peningkatan porsi suplemen konsentrat lebihlanjut dapat mengurangi konsumsi
pakan basal, namunpertambahan bobot hidup ternak naik. Sebagai contoh,Musofie
(1987) melaporkan pada sapi bali, bahwapada ransum dengan imbangan konsumsi
bahan keringkonsentrat 39 – 40% dari total ransum pucuk tebumenghasilkan pertambahan
bobot hidup 0,772kg/ekor/hari (pucuk tebu dalam bentuk segar) sampai0,882
kg/ekor/hari (pucuk tebu dalam bentuk pelet)
Tabel 3. Nilai
Gizi Pucuk Tebu Dalam Beberapa Bentuk
Bentuk
Komposisi
kimia (%)
Bahan
kering 25,6 33,7 91,0 91,6
Protein
kasar 5,5 4,8 6,3 5,3
Lemak 1,4 1,0 1,5
1,2
Bahan
ekstrak tanpa N 45,1 34,6 48,0
50,7
Abu
10,2
12,6 10,4 8,0
NDF
77,1 t.a.d. 69,8 74,9
ADF
48,9 t.a.d. 62,6 50,3
Hemiselulosa 28,2 t.a.d. 27,1 23,7
Selulosa 32,0 t.a.d. 38,8
35,6
Lignin
13,6 t.a.d. 19,0 10,3
Silika 6,7 t.a.d. 6,6 4,5
Kecernaan
bahan organik (%) 35,1 t.a.d.
39,4 50,6
Daya
konsumsi (g/kg bobot0,75) - - -
Bahan
kering 62,9 t.a.d. 73,0 67,0
Bahan
organik 55,1 t.a.d. 108,1 60,3
Protein
kasar 3,6 t.a.d. 2,4 4,2
NDF
56,2 t.a.d. 41,7 41,7
t.a.d.
= tidak ada data
Sumber: Musofie
(1987)
Dalam hal ini konsentrat yang digunakan
mengandungprotein kasar 16,5%. Disimpulkan oleh MUSOFIE (1987)bahwa pertambahan
bobot dapat naik dengan upayapelleting sistem uap, serta penambahan tetes dan
urea.Sapi lepas sapih yang diberi konsentrat (19%protein) sebanyak 1 – 1,5%
dari bobot hidup akanmampu mengkonsumsi pucuk tebu 93,3 – 113,7 gbahan
organik/kg bobot hidup0,75, dengan pertambahanbobot hidup sebanyak 0,65 – 0,79
kg/ekor/hari(Musofie dan Wardhani, 1985).Energi mudah tersedia diperlukan
sebagai caramengoptimalkan fermentasi di rumen (Moran, 2005).Fermentasi serat
limbah tebu menghasilkan asam asetatlebih banyak dan propionat lebih sedikit
yang menyebabkan sedikitnya glukosa yang tersedia untukdiserap sehingga
sebagian besar asam amino yangterserap dapat diubah menjadi glukosa. Maka perlu
adabypass energy yaitu pati yang tersedia untuk dicerna diusus halus dan
diserap dalam bentuk glukosa agarpembentukan protein jaringan tubuh efisien. Di
antarasumber pati yang sebagian terlindung dari pencernaandi rumen adalah
katul, limbah tapioka dan bungkilbungkilan.Di luar negeri, sumber pati ini
sedikit sajaditambahkan pada sapi, misalnya dengan katul 0,9 – 1,5kg/ekor/hari,
sereal 0,5 – 1,0 kg/ekor/hari, atau bungkil1 kg/ekor/hari (Prestonet al.,
1976; Leng, 1987;Preston dan Ffoulkes,1986).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulam
Dari hasil penulisan
makalah ini dapat disimpulkan, yaitu : Limbah pertanian tebu meliputi daun, pucuk
tebu, bagas, dan molasse dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dengan
demikian limbah pucuk tebu dan bagas yang melimpah (16,7 juta ton) yang diolah
menjadi pakan ternak serta digunakan untuk pengganti pakan hijauan di musim
kemarau dan bahan baku konsentrat. Proses pengolahan limbah perlu dilakukan
untuk meningkatkan nilai nutrisi dan daya cerna pakan limbah tebu. Teknologi
pembuatan pakan fermentasi probiotik dapat dijadikan alternatif pilihan proses
pengolahan.
Menurut (Wahid et al.,1999) Idonesia pernah menjadi produksi tebu
terbesar ke 5, sehingga, sehingga area perkebunan tebu di perluas. Pada tahun
2005 perkebunan tebu mulai di perluas kembali sampai di luar pulau jawa dengan
luas 350.000 ha sehingga menaikkan produksi gula 8,17 % di bandingkan tahun
2003 ( BPS, 2006 ). Area perkebunan yang sangat luas mendatangkan
keuntunganbagi peternak untuk memanfaatkan hasil sampingan perkebunan yaitu
pucuk tebu.
3.2 Saran
Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut secara in vivo untuk melihat pengaruh pemberian
pakan fermentasi pucuk tebu sehingga mendapat informasi secara lengkap tentang
PBB, pelengkap perfomennya. Penggunaan pucuk tebu dapat di tingkatkan dengan
fermentasi, silase, wafer untuk mencapai produksi.Pemberian pucuk tebu di
kombinasikan dengan kosentrat dapat menaikkan berat badan 0,772 / kg /ekor
/hari dan 0,882 kg / ekor / hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arluki,
2008.Tebu-sugarcanhttp://arluki.wordpress.com.Di akses tanggal 19 Januari 2014.
Ditjennak (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Ke-sehatan Hewan). 2011. Production livestock in
Indonesia, 2007–2011. Ditjennak, Jakarta.
Ditjennak (Direktorat Jenderal
Peternakan dan Ke-sehatan Hewan). 2011. Production livestock in Indonesia,
2007–2011. Ditjennak, Jakarta
Engsmiger, M. E. and C. G. Olentine.
1980. Feed and Nutrition. 1st Ed. The Engsminger Publishing Company.
California. U. S. A.
Ffoulkes,
D. 1986. Practical feeding systems for roughages based on sugar-cane and its
by-products. Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrous Agricultural Residues –
1985, 11 – 26. IDP, ADAB, Canberra.
Haryanto, B. 2009. Inovasi teknologi
pakan ternak dalam sistem integrasi tanaman-ternak bebas limbah (STTBL)
mendukung upaya peningkat-an produksi daging. Orasi Pengukuhan Profe-sor Riset.
Badan Penelitian dan Pengembang-an Pertanian, Jakarta.
Kuswadi. 2011.
Teknologi pemanfaatan pakan lokal untuk menunjang peningkatan produksi ternak
ruminansia. Puslitbangnak. Pengembangan Ino-vasi Pertanian 4(3):189–204
Kuswandi. 1990. Peranan
pengeringan dalam me-ningkatkan mutu dan nilai tambah bahan pa-kan ternak
ruminansia. Hlm. 96–113. Prosi-ding Seminar Nasional Teknologi Pengeringan
Komoditas Pertanian, Jakarta, 21–22 Novem-ber 1990. Badan Penelitian dan
Pengembang-an Pertanian, Jakarta.
Musofie, A dan K.N. Wardhani. 1987.
Potensi pemanfaatan pucuk tebu sebagai pakan ternak. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 4(2):6-10
Misran, E. 2005. Industri tebu menuju
zero waste industri. Jurnal teknologi proses 4(2):6–10
Murni, R., S. Akmal, dan B.L. Ginting.
2008. Buku ajar teknologi pemanfaatan limbah untuk pa-kan. Universitas Jambi,
Jambi
Musofie, A. 1987. Potential and
utilization of sugar- cane residues as animal feed in Indonesia. A review. p.
200–215. Pros. Limbah Pertanian sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya. Grati.
Rahman, J. 1991. Pemanfaatan Silase
Pucuk Tebu sebagai Sumber Hijauan pada Ternak Domba.Tesis. Pendidikan
Pascasarjana KPK IPB – UNAND, Bogor.
Rasjid, S. 2012. The Great
RuminantNutrisi, Pakan dan Manajemen Produksi. Cetakan Kedua. Brilian
Internasional. Surabaya.
Rusdi, U.D. 1992.
Fermentasi konsentrat campuran bungkil biji kapok dan onggok serta implikasi
efeknya terhadap pertumbuhan broiler. Diser tasi. Program Pascasarjana
Universitas Padja-djaran, Bandung.
.
Retnani, Y., W.
Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati dan K.B. Satoto. 2009.Daya Simpan dan
Palatabilitas Wafer Complete Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi
Pedet.DepartemenIlmuNutrisi danTeknologi Pakan, Fakultas PeternakanInstitut
Pertanian Bogor.
Pancawati, T.D. 2000.
Pengaruh pemanfaatan lim-bah pabrik gula (blotong) sebagai pupuk or-ganik
alternatif terhadap tingkat penghasilan petani tebu di sekitar Pabrik Gula
Jatiroto-Lumajang. Universitas Negeri Malang, Malang
Umiyasih, U. dan Y.N. Anggraeny.
2007. Petunjuk teknis ransum seimbang strategi pakan pada sapi potong. Pusat
Penelitian dan Pengem-bangan Peternakan. Lolit Sapi Potong, Pasu-ruan.
Tobing, N.L. 2010.
Pengaruh formulasi pakan ter-hadap kandungan pakan ternak ruminansia. Publikasi
Budidaya Ternak Ruminansia Edisi 1: 2010
Widiarti,W. 2008.Uji Sifat Fisik dan
Palatabilitas Ransum Komplit Wafer Pucuk dan Ampas Tebu untuk Ternak Pedet Sapi
Fries Holland.Skripsi.Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Yuliani,
F. dan F. Nugraheni. 2009. Pembuatan pu-puk organik (kompos) dari arang ampas
tebu dan limbah ternak. Universitas Muria, Kudus.
No comments:
Post a Comment